Selasa, 08 Agustus 2017

KETIKA KAMU DILAHIRKAN TIDAK CANTIK

Halo! Berjumpa lagi dengan diriku ini.
Terima kasih karena telah bersedia untuk menyisihkan sedikit waktunya untuk mengunjungi blog pribadiku :)))
Baiklah, tulisanku kali ini agak sedikit melenceng dari cerita fiksiku. Tapi kuharap kalian dapat menikmati tulisan ini.

**

Pada kesempatan kali ini aku akan menceritakan tentang... diriku sendiri.

**


Pada hari itu, kami sengaja bertemu di pinggiran aula yang sepi. Hari itu untuk pertama kalinya kami bertemu setelah selama beberapa hari ke belakang dia terus saja memaksaku untuk bertemu.
“Jadi.. kamu Yulia?” Dia bertanya padaku. Raut wajahnya yang masih terkejut saat melihatku masih tergambar jelas. Ekspektasinya yang berlebihan terhadapku membuatku bisa membaca dengan jelas raut wajahnya, seolah-olah wajahnya mengatakan “ANJIR, AING GEUS KENAL JEUNG AWEWE JIGA KIEU.”

Aku terkejut tentu saja saat melihatnya. Aku sudah tahu wujud aslinya sejak pertama kali kami berkenalan. Aku berusaha sepede mungkin untuk bertemu dengannya, wajahku dibuat merona karena begitu malunya menunjukkan diriku pada oranglain. Tapi setelah melihatnya, raut wajahku perlahan berubah. Rona kebahagiaan yang sesaat lalu masih terlukis pun luntur, berubah bentuk, dan menyisakan kesakitan yang teramat dalam di hati ini.

“Iya.” Jawabku singkat.


Aku terdiam melihat tingkahnya. Dia menahan tawanya. Aku mengenal tawa itu, tawa penuh penghinaan terhadapku. Tak berapa lama diapun berpamitan denganku.
Dan sejak saat itu kami tidak pernah lagi melakukan kontak apapun. Belakangan, akupun tahu kalau dia sudah menghapus pertemanan kami di suatu sosial media.

**

Aku berusaha menguatkan diriku atas penghinaan itu. Aku berusaha berpikir sejernih mungkin. Mungkin saja dia tertawa karena suatu hal lain..

Aku tak ingin mengurusi dia lagi. Tapi tiba-tiba aku memutuskan untuk melihat beberapa komentar dia di beberapa foto yang ada di albumku.

Terlihat jelas kalau dia ingin melihat wujudku.

Dan itu sudah terjadi kemarin.

Dugaanku tepat.

Dia tidak bisa menerimaku.

Karena aku tidak cantik.




**

Peristiwa itu sudah terjadi sekitar 7 tahun yang lalu. Sudah lama sekali memang. Tapi peristiwa itu cukup memukul telak diriku.

Terkadang aku masih bisa membayangkan dengan jelas apa yang terjadi di hari itu. Aku membayangkan diriku yang berlari-lari kecil dari 11 kelas bahasa yang jaraknya cukup jauh dari aula, lalu terdiam saat melihatnya. Aku masih mengingat namanya, aku masih mengingat wajahnya.

Aku tertawa kecil saat membayangkannya. Kalau aku boleh sombong, sebenarnya wajahnya tidak jauh lebih baik daripada aku. Tidak ganteng apalagi putih. Tidak ada apa-apanya dengan DIA YANG LAIN HAHAHA. Tapi ya sudahlah, toh tingkah lakunya di depanku waktu itu semakin berhasil menguatkan keyakinanku untuk tidak pacaran dan bisa meraih gelar sarjana. Yang paling penting, aku bisa menjadi manusia yang berhasil menghargai dirinya sendiri. Dengan menjadi diriku apa adanya. Sungguh berfaedah sekali penghinaan yang telah dia lakukan padaku.

Saat aku membayangkan hal itu, aku kadang masih terpukul. Aku sering berpikir kalau setiap laki-laki memang menginginkan kecantikan dan itu memang terbukti. Tak sedikit teman laki-lakiku yang berbangga diri karena berhasil menggandeng perempuan cantik di sekolah, teman-temannya pun setuju dengan pilihannya. Nyut. Rasanya hati ini ciut dibuatnya.

Tapi pikiranku itu berhasil dipatahkan. Beberapa waktu setelahnya, akupun bertemu dengan lebih banyak laki-laki. Beberapa diantaranya berhasil mengubah definisi cantik dalam sudut pandangku.  Membuatku bersyukur kalau masih ada laki-laki di dunia ini yang lebih memilih perempuan yang cantik dari apa yang ada pada dirinya.

**

Wajah cantik, tentu semua perempuan menginginkannya. Tak peduli dia kaya atau miskin. Yang penting cantik. Titik.

Cantik. Titik. Tapi bodoh ternyata. Untuk apa kecantikanmu itu? Untuk pajangann. Cantik tidak harus berasal dari visual, dari apa yang kamu lihat. Kecantikan visual tak bisa dijadikan tolak ukur yang sempurna, yang harus jadi yang utama. Untuk apa harus melihat visual yang bisa dipercantik sementara apa yang didalamnya jauh lebih jelek daripada apa yang dilihat? Untuk apa harus ada cantik berdasarkan visual kalau pesonanya saja sudah membuatmu tak lagi bisa menentukan definisi cantik? Untuk apa ada definisi cantik visual kalau dengan rasa suka tanpa alasan yang merasuki dirimu sudah cukup membuatmu merasa bahagia dan berbangga diri karena telah memilikinya?

Ketahuilah, setiap perempuan sudah terlahir dengan kecantikannya. Tidak harus berasal dari visualnya. Tidak ada perempuan yang terlahir tidak cantik. Semuanya cantik. Cantik dengan pesonanya, cantik dengan intelegensinya, cantik dengan keberaniannya, cantik dengan ketaatan pada Tuhannya, cantik dengan perhatiannya. Ya, semuanya cantik!

 **

Aku memang cantik. Tapi kecantikanku belum sampai pada titik tertinggi. Masih ada banyak hal yang harus aku perbaiki. Aku harus lebih menambah pesonaku, menyimpannya pada tempat yang benar, dan kemudian mengeluarkannya di depan pria yang tepat. Pada pria yang telah memilihku untuk melangkah bersamanya. Masih ada waktu untuk memperbaiki diri.
Memori atas kejadian di atas akan selalu aku ingat agar aku harus tetap menjadi cantik karena diriku.  Karena menjadi diriku adalah bentuk rasa syukur atas diri, jiwa, dan ruh yang telah Dia berikan padaku.

Bandung, 07 Agustus 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar