Terima kasih karena telah bersedia untuk menyisihkan sedikit waktunya untuk mengunjungi blog pribadiku :)))
Baiklah, tulisanku kali ini agak sedikit melenceng dari cerita fiksiku. Tapi kuharap kalian dapat menikmati tulisan ini.
**
Pada kesempatan kali ini aku akan menceritakan tentang... diriku sendiri.
**
Pada
hari itu, kami sengaja bertemu di pinggiran aula yang sepi. Hari itu untuk
pertama kalinya kami bertemu setelah selama beberapa hari ke belakang dia terus
saja memaksaku untuk bertemu.
“Jadi..
kamu Yulia?” Dia bertanya padaku. Raut wajahnya yang masih terkejut saat
melihatku masih tergambar jelas. Ekspektasinya yang berlebihan terhadapku
membuatku bisa membaca dengan jelas raut wajahnya, seolah-olah wajahnya mengatakan
“ANJIR, AING GEUS KENAL JEUNG AWEWE JIGA KIEU.”
Aku terkejut
tentu saja saat melihatnya. Aku sudah tahu wujud aslinya sejak pertama kali
kami berkenalan. Aku berusaha sepede mungkin untuk bertemu dengannya, wajahku
dibuat merona karena begitu malunya menunjukkan diriku pada oranglain. Tapi setelah
melihatnya, raut wajahku perlahan berubah. Rona kebahagiaan yang sesaat lalu
masih terlukis pun luntur, berubah bentuk, dan menyisakan kesakitan yang
teramat dalam di hati ini.
Aku terdiam
melihat tingkahnya. Dia menahan tawanya. Aku mengenal tawa itu, tawa penuh
penghinaan terhadapku. Tak berapa lama diapun berpamitan denganku.
Dan sejak
saat itu kami tidak pernah lagi melakukan kontak apapun. Belakangan, akupun
tahu kalau dia sudah menghapus pertemanan kami di suatu sosial media.
**
Aku
berusaha menguatkan diriku atas penghinaan itu. Aku berusaha berpikir sejernih
mungkin. Mungkin saja dia tertawa karena suatu hal lain..
Aku tak
ingin mengurusi dia lagi. Tapi tiba-tiba aku memutuskan untuk melihat beberapa
komentar dia di beberapa foto yang ada di albumku.
Terlihat
jelas kalau dia ingin melihat wujudku.
Dan itu
sudah terjadi kemarin.
Dugaanku
tepat.
Dia tidak
bisa menerimaku.
Karena
aku tidak cantik.
**
Peristiwa
itu sudah terjadi sekitar 7 tahun yang lalu. Sudah lama sekali memang. Tapi peristiwa
itu cukup memukul telak diriku.
Terkadang
aku masih bisa membayangkan dengan jelas apa yang terjadi di hari itu. Aku membayangkan
diriku yang berlari-lari kecil dari 11 kelas bahasa yang jaraknya cukup jauh
dari aula, lalu terdiam saat melihatnya. Aku masih mengingat namanya, aku masih
mengingat wajahnya.
Aku tertawa
kecil saat membayangkannya. Kalau aku boleh sombong, sebenarnya wajahnya tidak
jauh lebih baik daripada aku. Tidak ganteng apalagi putih. Tidak ada apa-apanya
dengan DIA YANG LAIN HAHAHA. Tapi ya sudahlah, toh tingkah lakunya di depanku
waktu itu semakin berhasil menguatkan keyakinanku untuk tidak pacaran dan bisa
meraih gelar sarjana. Yang paling penting, aku bisa menjadi manusia yang berhasil
menghargai dirinya sendiri. Dengan menjadi diriku apa adanya. Sungguh berfaedah
sekali penghinaan yang telah dia lakukan padaku.
Saat
aku membayangkan hal itu, aku kadang masih terpukul. Aku sering berpikir kalau
setiap laki-laki memang menginginkan kecantikan dan itu memang terbukti. Tak sedikit
teman laki-lakiku yang berbangga diri karena berhasil menggandeng perempuan
cantik di sekolah, teman-temannya pun setuju dengan pilihannya. Nyut. Rasanya hati
ini ciut dibuatnya.
Tapi
pikiranku itu berhasil dipatahkan. Beberapa waktu setelahnya, akupun bertemu
dengan lebih banyak laki-laki. Beberapa diantaranya berhasil mengubah definisi
cantik dalam sudut pandangku. Membuatku bersyukur
kalau masih ada laki-laki di dunia ini yang lebih memilih perempuan yang cantik
dari apa yang ada pada dirinya.
**
Wajah
cantik, tentu semua perempuan menginginkannya. Tak peduli dia kaya atau miskin.
Yang penting cantik. Titik.
Cantik.
Titik. Tapi bodoh ternyata. Untuk apa kecantikanmu itu? Untuk pajangann. Cantik
tidak harus berasal dari visual, dari apa yang kamu lihat. Kecantikan visual
tak bisa dijadikan tolak ukur yang sempurna, yang harus jadi yang utama. Untuk apa
harus melihat visual yang bisa dipercantik sementara apa yang didalamnya jauh
lebih jelek daripada apa yang dilihat? Untuk apa harus ada cantik berdasarkan
visual kalau pesonanya saja sudah membuatmu tak lagi bisa menentukan definisi
cantik? Untuk apa ada definisi cantik visual kalau dengan rasa suka tanpa
alasan yang merasuki dirimu sudah cukup membuatmu merasa bahagia dan berbangga
diri karena telah memilikinya?
Ketahuilah,
setiap perempuan sudah terlahir dengan kecantikannya. Tidak harus berasal dari
visualnya. Tidak ada perempuan yang terlahir tidak cantik. Semuanya cantik. Cantik
dengan pesonanya, cantik dengan intelegensinya, cantik dengan keberaniannya,
cantik dengan ketaatan pada Tuhannya, cantik dengan perhatiannya. Ya, semuanya
cantik!
**
Aku memang
cantik. Tapi kecantikanku belum sampai pada titik tertinggi. Masih ada banyak
hal yang harus aku perbaiki. Aku harus lebih menambah pesonaku, menyimpannya
pada tempat yang benar, dan kemudian mengeluarkannya di depan pria yang tepat. Pada
pria yang telah memilihku untuk melangkah bersamanya. Masih ada waktu untuk
memperbaiki diri.
Memori
atas kejadian di atas akan selalu aku ingat agar aku harus tetap menjadi cantik
karena diriku. Karena menjadi diriku
adalah bentuk rasa syukur atas diri, jiwa, dan ruh yang telah Dia berikan
padaku.
Bandung,
07 Agustus 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar